Minggu, 31 Juli 2011

Dinas Peternakan dan Perikanan Humbanghas Sarang Korupsi ?

@ Proyek Pengadaan Ternak Itik Musnah Tak Berbekas
@ Proyek Pengadaan Ternak Babi Hilang Tak Berujung
@ Balai Benih Ikan Berubah Jadi Balai Benih Korupsi

Doloksanggul, ASPIRASI
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Humbang Hasundutan yang sekarang dipimpin Joses Pardosi, agaknya menjadi sarang korupsi belakangan ini. Ragam proyek yang dikucurkan di dinas ini ujung-ujungnya tidak memberikan hasil yang positif bagi peningkatan pendapatan anak negeri. Bupati Humbang Hasundutan Maddin Sihombing agaknya tak berdaya untuk mengambil tindakan. Apalagi konon kabarnya, Joses dibacking dan dilindungi oleh seorang pengusaha swasta warga Jakarta.

Hal itu dikatakan oleh Ramlo R Hutabarat, seorang pemerhati Kabupaten Humbang Hasundutan kepada sejumlah wartawan di Hotel Tiara Medan, Sabtu. Menurut dia, karena Bupati Humbang Hasudutan tidak berkemampuan melakukan tindakan terhadap Joses, anak rantau daerah itu harus melakukan sesuatu yang diperlukan. “Datanglah ke Humbang Hasundutan dan cermati kondisi riel yang ada disana”, katanya.

Penulis buku “Menjelajah Humbang Hasundutan” itu menunjuk misal, tentang pengadaan ternak itik yang dikucurkan pada Tahun Anggaran 2008 lalu. Sekarang, hasilnya tak jelas juntrungannya, katanya. Uang Pemkab Humbang Hasundutan terbuang sia-sia. Dan Maddin, sekali lagi tidak berdaya melakukan tindakan apapun.

Dijelaskan Ramlo, pada Tahun Anggaran 2008 lalu dialokasikan dana sebesar Rp 38.842.135 untuk pengadaan anak itik sebanyak 1000 ekor. Sebanyak 600 ekor, dibagikan kepada anak negeri di Desa Baringin Kecamatan Parlilitan. Sisanya, 250 ekor untuk anak negeri Desa Nagasaribu II Kecamatan Lintongnihuta, dan 150 ekor lainnya untuk anak negeri Desa Bakara Kecamatan Baktiraja. Tapi sekarang, katanya, tak seekor pun lagi yang tersisa. Semua mati tak berhasil dikembangbiakkan. Dan Joses Pardosi tidak bergeming sedikit pun.

Ada juga pengadaan itik remaja sebanyak 1000 ekor yang dananya senilai Rp 48.200.000 kata Ramlo. Itik remaja itu dibagikan kepada anak negeri di Desa Baringin Kecamatan Parlilitan, katanya. Di antara penerimanya ada Juni Boru Sihotang dan Elmor Boru Nainggolan. Keduanya merupakan Guru PAUD (Pendidikan Usia Dini) di Dusun Hariara, Desa Baringin Kecamatan Parlilitan.

Ketika hari-hari berlalu kata Ramlo, satu peratu itik remaja itu mati tak jelas penyebabnya. Sementara, kedua penerima ternak itik remaja itu terus menerus membiayai itik-itik yang masih hidup. Namun, itik-itik yang tersisa tak kunjung juga bertelur. Alhasil, peternak mengalami kerugian melulu, katanya.

Ramlo tidak mendapat tahu mengapa nyaris semua itik tadi mati, musnah tak jelas juntrungannya. Boleh jadi karena bibitnya tidak baik katanya, boleh jadi karena perawatan dan pemeliharaannya yang tidak becus. Dan sebenarnya, Joses Pardosi harus bertanggung jawab menurut Ramlo.

Di sisi lain, besarnya nilai pembelian itik tadi menurut Ramlo terlalu mahal jika dibandingkan dengan harga di pasaran. Dengan nilai Rp 48.200.000 untuk 1000 ekor itik remaja, artinya sekira Rp 48.000 per ekor, katanya. Padahal, harga di pasaran hanya Rp 25 ribu per ekor. Itu sudah merupakan bibit itik varitas unggul, katanya lagi.

Ramlo menunjuk misal peternak itik Agus Manullang di Desa Habeahan Kecamatan Lintongnihuta. Dia membeli itik remaja dengan harga Rp 25 ribu per ekor. Dipeliharanya satu bulan kemudian sudah menghasilkan telur. Begitu juga kabarnya Marganti Manullang yang sekarang Wakil Bupati Humbang Hasundutan. Dia sekarang beternak itik di kawasan Siborboron. Itik remaja dibeli Marganti tidak semahal yang dibeli Joses Pardosi, tapi semua itik tadi menghasilkan telur. Entah mengapa itik remaja yang dibeli Joses justru tak menghasilkan telur, katanya.

Proyek Pengadaan Calon Induk Babi berbiaya Rp 849.412.095 yang dikelola Joses Pardosi juga perlu dicermati kata Ramlo R Hutabarat. Proyek ini katanya, merupakan salah satu langkah strategis dan arah kebijakan daerah Pemkab Humbang Hasundutan untuk peningkatan ekonomi kerakyatan melalui pembangunan pertanian, peternakan dan perikanan. Manis sekali kedengarannya, meski pahit sekali kenyataannya kata Ramlo.

Katanya, uang sebesar Rp 849.412.095 tadi diperuntukkan bagi pembelian 252 ekor calon induk babi yang dibagikan untuk anak negeri di Kecamatan Lintongnihuta, Paranginan, Doloksanggul, Po;;ung, Sijamapolang, Pakkat, Parlilitan dan Sijamapolang. Ramlo memberi misal di Kecamatan Doloksanggul, dibagikan 11 ekor di Desa Pasaribu, 7 ekor di Desa Simangaronsang, di Desa Sirisirisi 9 ekor, di Desa Purba Manalu 2 ekor, di Desa Purba Dolok 9 ekor, di Desa Lumban Purba 6 ekor, di Desa Hutagurgur 3 ekor, di Desa Sosorgonting 3 ekor, di Desa Pakkat Toruan 1 ekor, di Kelurahan Bonanionan 1 ekor dan di Desa Si;eang 2 ekor.

“Sekarang, silahkan datang kesana. Sudah bagaimana perkembangan ternak babi yang dibagikan kepada anak negeri itu ?”, kata Ramlo. Di Desa Hutagurgur II Kecamatan Pollung malah, ternak babi yang diberikan kepada Nipson Lumbangaol warga Dusun Loguboti dijual untuk disembelih.

“Nunga diseat tingki adat patuathon natua-tua ni Ompu Eben Lumbangaol”, kata seorang warga Hutagurgur II.

Program Pengembangan Kolam Air Deras Skala Mini di Desa Baringin Kecamatan Parlilitan juga diselimuti misteri menurut Ramlo. Bersama program serupa di Desa Sipagabu Kecamatan Pakkan dikucurkan dananya sebesar Rp 194.307.965. Untuk kolam air deras di Desa Baringin disebutkan ditabur benih ikan mas sebanyak 21 ribu ekor sekaligus pengadaan pakannya sebanyak 6000 kilogram. Tapi disangsikan, kolam air deras itu tidak pernah ada.

“Ndang huboto adong pembangunan kolam air deras di huta on”, kata Silaban, mantan Kepala Desa Baringin berwajah bingung.

Joses Pardosi sendiri tidak bisa dikonfirmasi sampai berita ini diturunkan. Berkali-kali dicoba dihubungi ke kantornya, dia selalu tidak berada disana. Menurut bebarapa stafnya, Joses hanya sekali-sekali masuk kantor karena harus mengurus Balai Benih Ikan di Kecamatan Parlilitan. Dia sendiri secara langsung yang mengurus Balai Benih Ikan itu katanya, karena barangkali disana dia memiliki ternak peliharaan milik pribadinya.

Balai Benih Ikan milik Pemkab Humbang Hasundutan itu pun, kabarnya sekarang dikelola secara pribadi oleh Joses Pardosi. Menjadi aneh, sebab namanya saja Balai Benih Ikan, tapi disana ada ternak babi dan beberapa jenis sternak lainnya milik Joses secara pribadi. Sehingga kesannya katanya, Balai Benih Ikan itu pun dijadikan sebagai Balai Benih Korupsi.

Dinas Pertanian yang sekarang dipimpin Karmington Hutasoit, dikabarkan juga merupakan sarang korupsi di Humbang Hasundutan. Beberapa programnya, tidak menghasilkan apa pun bagi peningkatan ekonomi anak negeri. Sementara, Maddin juga tidak bisa berbuat banyak di dinas iniu karena pengaruh orang kuat yang pengusaha warga Jakarta. (RH)

Pematangsianatar, 31 Juli 2011

Ramlo R Hutabarat
_______________________________________________________________________