Kamis, 13 Oktober 2011

JRS, Jadi Rusak Semua

JRS, Jadi Rusak Semua

Sudah lama Simalungun merana. Dijanjikan anak negeri mendapat biaya pengobatan gratis, nyatanya omong kosong belaka. Dinyatakan juga ngurus KTP (Kartu Tanda Penduduk) gratis, tapi pihak pangulu mengutip sejumlah biaya. Para petani, pernah diberi benih padi yang sumber dananya berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), nyatanya di lapangan banyak ditemui benih palsu atau yang sudah kadaluarsa. Bahkan, didrop bibit jeruk jenis Siam Madu yang dianggarkan di Dinas Pertanian, nyatanya yang diterima petani hanya bibit jeruk non sertifikasi asal Bangkinang, Riau. Padahal, dalam speknya disebutkan bibit jeruk manis tadi berasal dari penangkaran di Tanah Karo.
Di era pemerintahan John Hugo Silalahi, sekira Rp 6 miliar dana berasal dari pemerintah pusat dikucurkan untuk pengadaan air bersih di Kecamatan Raya. Sampai kontrak pelaksanaan pekerjaannya berakhir dan uangnya dicairkan kepada kontraktornya, airnya tak mengalir setetes pun. Pernah dibangun Gelanggang Olahraga di Kilometer 8 Kecamatan Siantar dengan biaya puluhan miliar rupiah, namun sampai sekarang Gelanggang Olahraga itu tak kunjung pernah bisa digunakan. Dibangun pula Pekan Tanah Jawa juga dengan biaya miliaran rupiah, tapi sampai sekarang tak pernah dimanfaatkan. Alhasil, pekan itu pun hanya menjadi kandang ternak dan tempat ular bersarang dan beranak pinak saja.
Sungguh, Simalungun hari ini tengah dalam kondisi sakit keras. Sudah lama anak negeri memimpikan munculnya pemimpin yang amanah, yang memahami persoalan rakyat dan memberikan yang terbaik. Tidak seorang pemimpin yang memakmurkan diri dari rakyat, tapi justru pemimpin yang memakmurkan kehidupan rakyatnya.
Dimana-mana, anak negeri Simalungun mengeluh dan terus mengeluh karena tidak mendapatkan pelayanan yang memuaskan dari pemerintah daerahnya. Ketika musim tanam tiba, sarana produksi pertanian menjadi langka didapatkan di pasaran. Kalau pun ada didapat, harganya melangit tak terjangkau kocek anak negeri. Celakanya, saat panen menjelang, harga-harga komoditas pertanian pun anjlok melorot tak karu-karuan.. Bahkan pengangkutannya pun dari sentra-sentra produksi mengalami ganjalan karena sarana jalan dan jembatan yang masih memprihatinkan. Pemkab Simalungun, sepertinya tidak berdaya melakukan terobosan untuk mengatasi persoalan yang muncul. Alasan klasik, keterbatasan dana selalu dijadikan alasan. Dan anak negeri hanya bisa menjerit tak tahu kemana mengadu.
Pemkab Simalungun, sepertinya asyik dan terus saja asyik membangun entah apa saja. Di Harangan Sidua-dua Kelurahan Saribudolog, dibangun Sub Terminal Agrobisnis dengan biaya ,miliaran rupiah. Direncanakan sebagai pusat bisnis holtikultura, tapi nyatanya terbengkalai hingga dijadikan penduduk setempat sebagai kandang kerbau dan gudang.
Sebagai daerah produsen hasil bumi, Pemkab Simalungun tidak sepenuh hati membantu petaninya. Harga-harga komoditas yang dihasilkan anak negeri terutama di Simalungun Bahagian Atas, acap sekali tak terkendali dan Pemkab Simalungun terkesan tidak peduli. Jalan-jalan penghubung antar desa dalam keadaan porak poranda, mengakibatkan persoalan angkutan hasil bumi pun mengalami ganjalan berat. Anak negeri mengalami kesulitan ketika berniat mengangkut hasil buminya, tapi Pemkab Simalungun terkesan tak ambil pusing.
Di Simalungun Bahagian Bawah, hasil bumi seperti padi, jagung, ketela dan segala macam lainnya juga tak diopeni Pemkab pemasarannya. Para tengkulak dibiarkan merajalela beropersi di tengah petani dan petani pun masih banyak sekali yang terjerat dengan sistem ijon yang tidak manusiawi. Pemkab Simalungun, sekali lagi tak memiliki kemauan dan memiliki kemampuan untuk memperbaiki keterpurukan anak negerinya
Potensi Simalungun yang sebenarnya begitu besar untuk maju dan berkembang tak pernah dimanfaatkan. Akibatnya semua menjadi sia-sia dan percuma. Tujuan pembangunan tak tercapai dan anak negeri tetap hidup merana saat mengharungi kehidupannya.
Pemkab Simalungun, cenderung membangun sarana fisik belaka agar terkesan bagai mercusuar. Misalnya, Pekan Tanahjawa, Gelanggang Olahraga Radjamin Purba, Gedung Pusat Informasi Pariwisata di Sipolha, juga Balai Benih Ikan baik yang di Rambung Merah mau pun yang di Jawa Tongah. Juga pembangunan Lumbung Modren di Raja Maligas yang pengoperasiannya dilakukan waktu Bungaran Saragih menjadi Menteri Pertanian RI. Belakangan, dibangun pula Guest House di Sondi Raya yang sekarang dialihfungssikan menjadi Rumah Dinas Bupati Simalungun. Termasuk, pembangunan Laboratorium yang berasal dari hibah Kementerian Lingkungan Hidup yang sekarang juga dialihfungsikan untuk Rumah Dinas Sekdakab Simalungun. Semuanya terkesan tidak direncanakan dengan baik dan benar sehingga mel;ahirka kesia-siaan.
Belakangan ini, JR Saragih pun membangun lapangan terbang di Sondi Raya, yang tak jelas sumber dananya dari mana. Apakah dari APBD Simalungun atau uang pribadinya. Termasuk pembangunan alun-alun di kawasan perkantoran di Sondi Raya, yang sepertinya tidak atau belum penting sekali sekarang ini. Sampai sekarang, tak ada lagi penerbangan Polonia - Sondi Raya, padahal entah sudah berapa miliar uang yang dikucurkan untuk membangun lapangan terbang itu.
Banyak persoalan yang sangat sederhana di daearah ini yang sesungguhnya membutuhkan perhatian. Misalnya para peternak yang banyak sekali terdapat di Simalungun Bahagian Bawah, yang masih saja kesulitan untuk menyediakan rumput segar bagi ternak mereka. Di areal-areal perusahaan-perusahaan perkebunan dimana rumput bisa didapat, pihak perusahaan melarang peternak untuk menggembalakan ternaknya. Dan mudah-mudahan, Pemkab Simalungun tak pernah memberi perhatian untuk mencari jalan keluar. Berpaling saja pun Pemkab tak hendak, mengakibatkan banyak peternak yang menjual ternaknya dengan haraga murah.
Masalah ketersediaan listrik juga masih menjadi masalah yang mengganjal di daaerah ini. Masih banyak pemukiman anak negeri yang letaknyabtersebar belum dimasuki aliran listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) Anak usia sekolah sangat terganggu untuk bisa belajar dengan baik.. Untuk menonton tayangan televisi saja masih susah. Tak heran bila mereka masih jauh tertinggal dibanding saudara-saudara mereka di bagian lain di tanah air
Petani dalam arti luas, masih sangat kurang diperhatikan. Banyak sekali di antara mereka yang tak memiliki modal usaha untuk mengusahakan lahan-lahan pertaniannya. Pemerintah daerah pun tak berkemampuan untuk memebantu petani secara wajar dan pantas, memebeli traktor misalnya untuk petani yang kesulitan mengolah lahannya. Kalau pun pernah ddibeli traktor dari dana APBD, namun banyak yang sekarang sudah hilang tak jelas ujung rimbanya.
Sarana transportasi darat, kondisinya sangat memprihatinkan di Simalungun.ini. Sangat memilukan malah. Masih terlalu banyak desa (di Simalungun diseebut nagaori) yang belum dapat dilalui dengan kendaraan roda empat.. Roda dua saja pun bisa, sudah syukur, terutama di Simalungun Bahagian Atas. Tak heran, ‘gojos’ masih digunakan anak negeri sampai sekarang untuk mengangkut hasil bumi. Mengherankan memang, tapi inilah fakta yang ada. Mau bilang apa ?
Potensi perikanan yang sangat besar di daaerah ini tidak dimanfaatkan dengan baik. Selain perairan Danau Toba, rawa, waduk, sungai bahkan sawah pun bisa dijaddikan anak negeri sebagai tempat untuk membudidayakan berbagai jenis ikan. Bisa lele dumbo, nila, ikan mas, juga mujahir. Sementara ternak seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan babi juga bisa dikembangkan selain berbagai jenis unggas. Tapi sayangnya, nyaris semua ini kurang mendapat perhatian Pemkab Simalungun. Oknum-oknum pemerintah daerah tak pernah sempat memikirkan rakyat. Mereka selalu dililit masalah sendiri, hingga tak punya waktu untuk membagi perhatian terhadap anak negeri. Bisa dimaklumi kadang, memang. Mereka asyik memikirkan diri sendiri agar jangan mendadak dimutasi tak perlu dengan alasan apapun.
Sebagai daerah penghasil ikan dari perikanan darat, anak negeri Simalungun pun tidak cukup beruntung. Program Pemkab selama ini cukup muluk tetapi perwujudannya tak pernah menguntungkan anak negeri secara langsung. Balai Benih Ikan baik yang di Jawa Tongah mau pun yang di Rambung Merah misalnya, dibangun dengan biaya miliaran rupiah. Nyatanya Pemkab Simalungun sendiri tidak mengoperasikannya hingga kedua balai benih ikan itu tak pernah bisa memasok benih ikan untuk anak negeri.
Kondisi yang sangat memilukan juga dialami peternak khususnya di sekitar areal perusahaan-perusahaan perkebunan di Simalungun Bahagaian Bawah. Banyak sekali anak negeri yang menjual ternaknya dengan haraga murah karena sulit untuk mendapatkan rumput segar. Selain, banyak ternak yang keracunan setelah merumput di areal-areal perusahaan perkebunan. Dan seperti biasa,m Pemkab Simalungun pun tak pernah berupayaa mencari jalan keleuar. Sementara oknum Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Sahat Hutauruk dinilai berpiha kepada perusahaan-perusahaan perkebuna itu.
“Seharusnya warga mengkandangkana ternaknya”, kata Sahat Hutauruk enteng menyikapi persoalan yang pernah terjadi.
Simalungun memang sekarang ini dalam kondisi bagai sakit keras. Mau bagaimana menyembuhkannya, belum didapat kiat yang jitu dan tepat. Tahap awal agaknya, perlu dilakukan semacam diagnosa untuk memastikan penyakit apa yang kini tengah menggerogoti daerah ini. Kalau sudah dibuat diagnosa yang tepat, barangkali bisa dilakukan kiat atau cara pengobatan dan penyembuhan yang tepat pula.
Akan halnya untuk mengandalkan dana yang tersedia di APBD, sepertinya bagai mimpi di siang bolong saja. Tahun Anggaran 2011 saja misalnya, APBD Simalungun hanya sekira Rp 1, 1 triliun. Celakanya, untuk belanja aparatur saja harus disisihkan tak kurang dari 78 persen. Dan Pemkab Simalungun di bawah kepemimpinan JR Saragih tidak punya itikad baik untuk melakukan efisiensi serta efektifitas anggaran. Padahal sebelum meenjadi Bupati Simalungun, dia bilang untuk mendukung pembangunan fisik, belanja perjalanan dinas hanya dilakukan kalau memang tidak dapat dihindari.
Sesungguhnya pun, waktu pemilukada Simalungun 2010 dilakukan, banyak anak negeri yang berharap banyak terhadap JR Saragih. Selain, JR Saragih memiliki pesawat helikopter katanya, konsep Gerakan Perekonomian Desa MANTAB sempat mempesonakan anak negeri. Karena itu boleh jadi JR Saragih terpilih, selain pengaruh wakilnya Nuriaty Damanik yang cukup signifikan.
Waktu musim kampanye pemilukada lalu, di banyak tempat JR Saragih berkoar-koar tentang konsepnya membangun Simalungun. Menurut dia waktu itu, kalau dipercaya menjadi Bupati Simalungun dia bertekad kuat dan bulat untuk menyelenggarakan dan mempercepat pembangunan infrastruktur antar desa, kecamatan, hingga ke ibukota kabupaten. “Tentu bersama seluruh komponen dan elemen yang ada, serta akan menyiapkan tenaga profesional di bidang masing-masing”, katanya.
Gerakan Perekonomian Desa MANTAB, dimaksudkan JR Saragih sebagai Makmur Perekonomiannya, Adil, Nyaman, Taqwa, Aman dan Berbudaya. Hal ini, katanya, didasarkan pada pendekatan kebutuhan riel masyarakat desa, apalagi lebih 80 persen warga Simalungun berada di pedesaan. Gerekan Perekonomian Desa MANTAB, sesuai dengan kondisi pedesaan di daerah ini. Apalagi, katanya, setiap desa memiliki potensi dan kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga perlu ditangani secara desa per desa.
Dengan pendekatan pembangunan model ini, potensi sumber daya yang dimiliki masyarakat pedesaan perlu diprioritaskan agar kesejahteraan masyarakat desa dapat terlaksana, kata JR Saragih. Dan kalau dia diupercaya menjadi Bupati Simalungun, dia katanya akan melibatkan seluruh tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka lintas etnis, untuk mengambil peranan dalam usaha apengembangan perekonomian dan pembangunan di desa masig-masing. Juga, akan menegajak seluruh masyarakat Simalungun yang ada di perantauan untuk membangun dan menanamkan investasiya di Simalungun. Selain, JR Saragih pun menjanjikan akan menyiapkan waktu setiap hari Jumat untuk bertatap muka dan berdialog dengan setiap unsur masyarakat.
Janji-janji manis Saragih pada musim pemilukada lalu masih terngiang di telinga anak negeri. Kalau dipercayaa menjadi Bupati Simalungu katanya, jalan-jalan antar desa , kecamatan, hingga ke ibukota kabupaten akan dibuka. Ini agar dapat saling dihubungkan bagai sarang laba-laba. Selain mempercepat urusan pemerintah dan kebutuhan masyarakat, juga hasil pertanianb anak negeri akan gampang diangkut.
JR asaragih pun mengatakan, lahan-lahan yang belum dimanfaatkan sesuai peruntukannya akan direvitalisasi dengan sistem ketahanan pangana dan ddimanfaatkan secara maksimal. Sektor pertanian dalam artian luas akan diperhatikan secara khusus. Dan yang paling menarik. JR Saragih punya program penghematan. Perjalanan dinas hanya dilakukan jika memang tak dapat dihindari, katanya. Sementara sektor pertanaian, perkebunan danpeternakan serta pariwisata merupakan sumber daya alam yang merupakan modal utama dalam pembanguan Simalungun, katanya.
Masih di berbagai tempat yang menyebar di daerah ini waktu musim kampanye pemilukada lalu, JR Saragih mengatakan akan berfokus pada peningkatan ekonomi rakyat kalau terpilih menjadi Bupati Simalungun. Ekonomi rakyat Simalungun haraus diperbaiki dari yang terpuruk selama ini, katanya mantap dana bernada pasti. Apa dan bagaimana pun ceritanya, kalau ekonomi anak negeri morat marit, pembangunan dinilai gagal, katanya.
Dalam pandangan JR Saragih, pengangguran merupakan salah satu penyebab lahirnya kemiskinan. Potensi yang dimiliki Simalungun sebenarnya katanya, sangat besar untuk mengurangi tingkat pengangguran. Dan pembekalan keterampilan, ilmu pengetahuan, menurut dia dapat menjadi modal penggerak kemajuan lingkungan. JR Saragih juga mengatakan, Simalungun membutuhkan investor yang mau menanamkan modalnya di daerah ini. Karena itu, dia sudah siapkan konsep yang matang dan cemerlang, dan beberapa mitra usahanya di tanah air sudah menyatakan tekadnya untuk membuka perusahaan-perusahaan besar di Simalungun.
Dia juga mengatakan, kebijakan pembangunan akonomi daerah ini akan ddiarahkan pada peningkatan per kapita melalui pertumbuhan ekonomi yang mengkedepankan pemerataan. Hal ini diharapkan akan mengurangi kemiskinan serta mengurangi jumlah pencari kerja/ pengangguran. Peningkatan pendapatan daerah ddilakukan dengan intensifikasi maupun ekstensifikasi, juga optimalisasi peneriumaan dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengolahan kekayaan daaerah yang dipasarkan, dan lain-lain pendapatan yang syah. Sementara kata JR Saragih lagi, untuk itu investor harus dicari sebaanyak-banyaknya dan Perda-perda (Peraturan Daerah) yang tak berguna direvisi saja. Sedang Perda-perda yang masih layak akan dikawal penerapannya.
Masih koar-koar JR Saragih waktu musim kampanye pemilukada lalu, untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengadaan barang daearah, perencanaannya diupayakan terlebih dahulu berdasarkan kebutuhan mendesak. Tidak akan sembarang membeli barang kalau cuma untuk bermewah-mewah, katanya. Efektifitas barang harus menjadi prioritas, katanya lagi. Termasuk kata dia, peningkatan modal seperti pembangunan, pengembanagan, rehabilitasi sertaa peningkatan sarana prasarana jalan, drainase, transportasi, pendidikan, kesehatan dan lain-lain, semuanya ditujukan untuk peningkatan pelayanan umum secara maksimal kepada masyarakat. Seluruh dana tugas pembantuan yang didapat dari pemerintaha atasan, akan ditingkatkan pemanfaatannya agar berguna bagi seleuruh warga Simalungun. Sementara untuk mendukung peembangunan fiik, belanja perjalan dinas hanya dilakukan kalau memang tidak dapat dihindari
JR Saragih mengatakan, ia akan meningkatkan produkfitas dan sumber daya manusia daerah ini. Ini katanya bergunadalam rangka kerja sama deengan pemerintah pusat, pemerintah propinsi, juga dengan investor yang akan didatangkan ke Simalungun baik di bidang pendidikan, perkebunan, pertanian, peternakan serta perindustrian dan pariwisata. Dia juga akan menyiapkan SDM Simalungun yang profesional berintegritas dan siap pakai. Juga SDM yang memiliki jiwa kewirausahaan yang bisa dicapai melalui pendidikan formal dan pendidikan non formal.
Dia juga menjanjikan akan mengikutsertakan masyarakat maupun organisasi kemasyarakatan dalam program perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan. Dalam pahamnya katanya, termasuk melibatkan komponen masyarakat seperti duniaa usaha, LSM, praktisi, organisasi profesi, akademisi, dalam melaksanakan pembangunan maupun pemecahan masalah demi meningkatkan kualitas hidup secara layak. Sementara, kepada aparatur Pemkab Simalungun, dia akan menerapkan prinsip pelayanan cepat dan tepat terhadap seluruh anak negeri. Setiap aparaatur Pemkab Simalungun, katanya, harus menghindari korupsi, kolusi dan nepotisme yang menjadi musuh utama. Aparatur negara, wajib memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat sebagai wujud dan tanggung jawab dalam memberikan pelayanan publik, katanya.
Untuk itulah menurut JR Saragih waktu itu, kemampuan dan profesionalisme aparatur Pemkab Simalungun akan ditingkatkan, dengan memberikan kesempatan untuk mengikuyti lanjutan pendidikan. Sasarannyaa jela, agar mampu menciptakan kekondussifan dan penanggulangan segala urusan kebutuhan masyarakat secara efektif dan efisien. Dia juga katanya, akan melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Maksudnya, pelaksanaan pembangunan yang selalu memperhatikan kelestarian alam, menghindari pencemaran lingkungan serta mencegah dan mengurangi kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara berkelanjutan. Selain, akan menciptakan iklim yang kondusif di sektor agribisnis dan pariiwisata. Untuk itu, berulang kali JR Saragih mengatakan akan mengajak investor untuk menanamkan modalnya di daerah ini. Terutama, katanya, di sektor agribisnis yang meliputi perkebunan, pertanian, industri dan pariwisata.
Menanggapi janji-janji politik JR Saragih pada musim kampaanye pemilukada Simalungun lalu, banyak kalanagan di Simalungun pun terkesima dan segeraa menjatuhkan pilihannya pada orang yang satu ini. Dia memang secara kasat mata memiliki faktor-faktor pendukung yang lengkap mendekati sempurna untuk menjadi Bupati Simalungun masakini. JR Saragih masih muda belia, dan diyakini memiliki disiplin yang tinggi. Sebagai seorang perwira militer. JR Saragih diyakini terlatih dengan disiplin yang kuat dan teguh, selain dia pun diyakini merupakan seorang interpreniur (usahawan) yang sukses. Di bawah komandonya, beberapa perusahaan dengan bendera PT Efarina Etaham Grup berkibar dengan perkasa. Kemajuan pesat beberapa perusahaannya merupakan potret keberhasilannya sebagai usahawan yang sukses.
Dalam pandangan banyak anak negeri Simalungun waktu itu, seorang JR Saragih tidak mungkin (lagi) mencari kekayaan pribadi di Simalungun. Dalam pandangan mereka, JR Saragih adalah seorang putra daerah yang terpanggil jiwa dan batinnya untuk membangun tanah leluhurnya, Simalungun. Dalam karir militernya, JR Saragih sudah terbilang sukses dengan pangkat perwira. Sebagai usahawan, seorang JR Saragih sudah mencapai sukses dalam maha karya yang akbar. Apalagi mengingat semula JR Saragih bukan siapa-siapa tapi belakangan bahkan sudah menjadi apa-apa. Dia memang, dalam usia satu tahun sudah ditinggal mati ayahandanya, sementara ibudanya pun kembali menikah dengan laki-laki lain. Dan JR Saragih kecil pun, sempat lontang lantung di Terminal Sukadamai Pematangsiantar menjadi penyemir sepatu.
Tapi apa mau dinyana. Begitu dilantik menjadi Bupati Simalungun banyak orang yang tersentak pada ragam kebijakannya yang dinilai tidak bijaksana. Hari pertama begitu dilantik misalnya, spontan mencopot beberapa pejabat di lingkungan Pemkab Simalungun, dan begitu terus dan terus menerus. Terus gonta-ganti pejabat, dan bongkar pasang melulu. Alhasil, banyaklah PNS yang resah dan tidak mendapat kenyamanan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. Setiap saat, para pejabat kuatir dan merasa was-was siapa tahu mendadak dicopot dari jabatannya dengan tanpa alasan yang jelas dan tegas.
Di sektor pendidikan juga, JR Saragih mengambil kebijakan yang sangat tidak populer. Beberapa kepala sekolah digantinya mendadak dan penggantiannya dilakukan JR Saragih dengan sistem voting oleh sesama guru. Padahal, ada Permendiknas yang mengatur tata cara penggantian kepala sekolah. Kepala SMA Negeri Silou Kahean misalnya, mendadak dicopot JR Saragih karena dinilainya tidak disiplin dalam memimpin sekolah itu. Menjadi aneh, tak lama kemudian sang kepala sekolah yang bersangkutan diangkatnya lagi menjadi Kepala SMA Perumnas Batu VI yang jutru lebih besar dari SMA Negeri Silou Kahaen. Dan yang paling ngeri, beberapa kepala sekolah pernah dicopot JR Saragih seraya menugaskannya sebagai tenaga struktural di Dinas Pendidikan Nasional. Dengan begitu, secara otomatis Tunjangan Profesinya sebagai guru tidak berhak diterima yang bersangkutan (lagi)
Kebijakan JR Saragih yang menginstrksikan penggantian plang semua sekolah di lingkungan Pemkab Simalungun, juga sebenarnya menambah beban pihak sekolah saja. Entah kepentingan apa yang mendesak hingga plang sekolah itu harus diganti dengan format yang sudah ditentukan sendiri. Apalagi, pengerjaannya justru ditunjuk kepada pihak tertentu yang akhirnya ditanggapi sebagai ajang untuk mencari uang saemata.
Perkara dugaan kasus suap yang dituding dilakukan JR Saragih di Mahkamah Konstitusi, juga menjadikan citra jelek laki-laki ini di mata anak negeri. Selain kasus dugaan suap yang dituduhkan dilakukannya kepada Robert Ambarita, salah seorang anggota KPU Simalungun. Sehingga kesan yang muncul adalah, apakah JR Saragih sememang merupakan orang yang tidak bersih dalam soal suap menyuap ? Apalagi, kasus itu sampai sekarang menjadi tidak jelas ujung rimbanya. Sementara kalau memang tidak benar, mengapa pula sampai sekarang JR Saragih tidak balik mengadukan Robert Ambarita karena telah mencemarkan nama baiknya ?
Berjibun kebijakan JR Saragih sebegitu menjadi Bupati Simalungun yang menejadi perhatian publik. Bisa soal peengalihfungsian Guest House menjadi Rumah Dinas Bupati, dimana renovasinya dengan biaya miliaran rupiah pelaksanaan pekerjaannnya tidak ditenderkan. Termasuk pengalihfungsian Laboratorium sebagai Rumah Dinas Sekdakab. Selain pemagaran gedung-gedung kantor SKPD yang tak jelas dari mana sumber dananya.
Untuk hal-hal sepele, JR Saragih juga dinilai aneh dan nyeleneh. Misalnya, dia gemar memindah-mindahkan kantor-kantor pemerintahan. Satu saat, Kantor Bappeda dan Kantor BKD dipindahakannya ke Kantor Bupati, dan satu saat kemeudian dipindahkannya lagi ke lokasi lain sekalian dengan kantor bupatinya. Yang paling aneh dan nyeleneh, JR Saragih justru menjadikan jalan raya menjadi lokasi pendirian kantin, dan memberikan kantor pemerintahan Kabupaten Simalungun sebagai kantor Polres Simalungun.
Jadi rusak semua, memang. Yang semula JR Saragih diharapkan membawa Simalungun ke arah perubahan yang lebih baik, malah berubah menjadi tak karu-karuan. Perubahan, agaknya ibarat dari ulat ke kepompong dan akhirnya menjadi kupu-kupu, tapi di bawah kepemimpinan JR Saragih Simalungun justru berubah dari kupu-kupu menjadi kepompong dan belakangan menjadi ulat. Entah ini yang didengang-dengungkan JR Saragih dalam setiap kampanyenya pada musim pemilukada lalu.
Jadi rusak semua, memang. Uang insentif Guru Swasta saja pun ditilep entah untuk keperluan apa. Padahal, yang namanya guru swasta hanyalah mereka yang bernasib malang saja dari pada tak kerja lumayan menjadi guru meski pun hanya mendapatkan honor yang sangat sedikit. Betapa malangnya memang mereka, jika JR Saragih tega-teganya menilep insentif guru swasta yang berasal dari Pempropsu itu.
Jadi Rusak semua, sungguh. Ketika Pemkab Simalungun harus menanggung beban utang yang seharusnsya bisa tidak ditanggungnya. Ada utang kepada guru honor, ada utang kepada Pangulu dan Perangkat Nagori, ada juga utang kepada PNS, bahkan ada utang ke pihak ketiga seperti rekanan kontraktornya. Utang piutang memang biasa, tapi utang Pemkab Simalungun agaknya merupakan sesuatu yang luar biasa.
Jadi Rusak semua, sungguh.Ketika JR Saragih justru belum satu tahun memerintah Simalungun sudah dilaporkan Bernand Damanik yang anggota DPRD ke KPK karena dituding melakukan korupsi. Beberapa elemen masyarakat pun melakukan aksi demo di Gedung KPK Jakarta, minta kasus dugaan korupsi yang dilakukan JR Saragih diusut secara tuntas, jelas dan tegas.
Jadi rusak semua. Akh, jadi rusak semua. Wahai Simalungun, Jadi Rusak Semua. JRS : Jeritan Rakyat Simalungun. JRS : Jadi Rusak Semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar