Rabu, 27 April 2011

Dari Mana Mau Kemana

Sesungguhnya aku tidak siapa-siapa. Juga tidak apa-apa. Makanya sebenarnya aku tidak mengapa-mengapa. Aku cuma dilahirkan seorang ibu yang biasa-biasa, di Pontianak, Kalimantan Barat. Ayahku, seorang guru yang juga tidak luarbiasa. Dilahirkan dan dibesarkan di Pontianak, Sintang, Jakarta, Rantauprapat, Medan, Tarutung, Pekan Baru, Kuala Simpang (Aceh Tamiang), Langsa, Lampahan (Aceh Tengah, sekira dua puluh kilo meter sebelum Takengon dari arah Bireun), akupun akhirnya menjadi orang Indonesia. Padahal bapakku Batak medhok dan totok sementara ibuku sesungguhnya bagai kampak pembelah kayu, Batak yang sudah jadi Melayu.

Akupun sampai sekarang tetap tidak dimana-mana, meski harus kemana-mana karena aku cuma seorang jurnalis. Jurnalis yang tinggal di Tepian Bah Bolon pada kawasan Nagori Siantar Estate, di pinggiran Simalungun yang berbatasan dengan Kota Pematangsiantar. Jadi aku cuma orang pinggiran, tapi sekaligus menjadi orang perbatasan. Imran Nasution, kawanku yang juga jurnalis menyebutku sebagai : Orang Pinggiran yang Selalu Berada di Tengah.

Cuma satu yang aku inginkan. Aku mau menulis sampai kapanpun, sampai denyut terakhir nadiku, sampai akhir menutup mata. Meskipun tak akan ada yang mendengar isi tulisanku, itu bukan urusanku. Urusanku adalah menulis dan itu pekerjaanku. Sementara bekerja bagiku adalah kewajiban, bahkan ibadah.

Aku mau menulis, untuk membuktikan bahwa aku pernah hidup. Dan aku mau sejarah mencatat bahwa aku pernah ada di muka bumi ini. Hidup harus dibuat berarti, meski suatu masa aku pasti mati.

Mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar