Selasa, 14 Juni 2011

Cabai dan JR Saragih

Oleh : Ramlo R Hutabarat


Cabai, sering ditulis orang cabe, siapa lagi yang tak kenal. Tanpa cabai masakan sering terasa hambar. Hampir mirip dengan garam. Dan orang Indonesia dikenal sebagai pemakan cabai yang lahap. Waktu cabai pernah harganya melangit, dimana-mana orang kelabakan. Bahkan dari Istana Nagara pun, cabai diperbincangkan dalam suatu Sidang Kabinet. Tak kurang, Presiden Soeharto (waktu itu) ukut memperbincangkannya.



Sekarang ada cerita tentang cabai di Simalungun. Harganya pekan-pekan terakhir, anjlok melorot antara Ro 3000 sampai dengan Ro 3500 per kilogram di tingkat petani. Akibatnya gampang ditebak. Petani cabai yang jumlahnya banyak sekali pun di daerah ini resah gelisah. Mereka merugi, sebab sedikitnya harga cabai di tingkat petani idealnya minimal Rp 7000 agar petani mendapat untung. Sementara untuk membudidayakan cabai dibutuhkan uang Rp 1, 5 juta per rante.



Di Nagori Purba Sipinggan, Urung Purba dan Ujung Purba Kecamatan Purba misalnya, sekarang ada puluhan bahkan ratusan hektar tanaman cabai anak negeri. Tapi karena harga cabai melorot tajam,petani enggan untuk memanennya. Alasan mereka, biaya panen lebih besar dari harga jualnya. Alhasil, cabai mereka pun dipediarkan membusuk di lahan pertaniannya. Dari pada dipanen dan dijual tapi merugi untuk apa, memang.



Lantas tahukah Anda – Pembaca – berapa kerugian yang dialami anak negeri Simalungun petani cabai sekarang ini ? Saya tidak mendapat data resmi berapa hektar luas tanaman cabai di Simalungun. Kalau di Kecamatan Purba saja ada 100 hektar itu artinya Rp 1.500.000 x 25 x 100 = Rp 3.750.000.000. Suatu jumlah yang cukup fantastis bagi anak negeri, meski pun belum seberapa bagi koruptor sekelas M Nazaruddin anggota DPR – RI yang mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat



Lantas, JR Saragih, juga siapa yang tak kenal. Dia sekarang dipercaya anak negeri Simalungun sebagai bupati yang dipilih secara langsung pada pemilukada 2010 lalu. Orangnya kurus, selintas bagai kurang gizi. Padahal sebenarnya, dia merupakan seorang yang teramat cerdas bahkan barangkali berotak brilian. Meski pun tamat SD ketika sudah berusia 16 tahun, namun gelar doktornya diperolehnya dalam waktu yang sangat singkat. Barangkali, JR Saragihlah satu-satunya di muka bumi ini yang mampu menyelesaikan program doktor dalam hitungan bulan



Waktu masa kampanye pemilukada tempo hari, JR Saragih antara lain menggembar-gemborkan konsepnya jika dipilih menjadi Bupati Simalungun..Konsepnya itu disebutnya Gerakan Perekonomian Desa MANTAB. Maksudnya, Makmur perekonomiannya, Adil, Nyaman, Taqwa, Aman dan Berbudaya. Konsep ini didasarkan pada pendekatan kebutuhan riel masyarakat desa. Apalagi, 80 persen lebih penduduk Simalungun berada di pedesaan, katanya.



Lalu JR Saragih pun melanjutkan, waktu itu. Dia pun akan bertekad bulat dan kuat untuk menyelenggarakan dan mempercepat pembangunan infrastruktur antar desa, kecamatan hingga ke ibukota kabupaten. Selain untuk mempercepat urusan pemerintahan dan kebutuhan masyarakat, juga hasil pertanian anak negeri pun gampang untuk diangkut.



Masih menurut dia, lahan-lahan yang belum dimanfaatkan sesuai peruntukannya, akan direvitalisasi dengan sistem petahanan pangan dan dimanfaatkan secara maksimal. Sektor pertanian dalam artian luas akan diperhatikan secara khusus. Sebab, sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan serta pariwisata merupakan sumber daya alam yang merupakan modal utama dalam pembangunan Simalungun, katanya lagi.



Masih cerita JR Saragih waktu tempo hari pingin dipilih menjadi Bupati Simalungun, pembangunan daerah ini akan diarahkan pada peningkatan perkapita melalui pertumbuhan ekonomi yang mengkedepankan pemerataan. Dengan begitu akan mengurangi kemiskinan serta mengurangi jumlah pencari kerja. Sementara katanya, peningkatan pendapatan daerah dilakukan dengan intensifikasi maupun ekstensifikasi. Juga, optimalisasi penerimaan dari hasil pajak daearah, retribusi daerah, hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipasarkan.



“Untuk itu investor harus dicari sebanyak-banyaknya, dan Perda-perda yang tak berguna direvisi saja. Sementara Perda-perda yang masih layak akan dikawal penerapannya”, katanya bersemanagat sekali.



Kalau dipilih menjadi Bupati Simalungun, JR Saragih katanya waktu itu, akan menciptakan iklim yang kondusif di sektor agribisnis dan pariwisata. Yang untuk itu, katanya, dia akan mengajak investor untuk menanamkan modalnya di daerah ini terutama di sektor agribisnis yang meliputi perkebunan, pertanian, industri dan pariwisata.



Yang paling nyaring diterompetkan JR Saragih waktu itu, kalau dia katanya dipilih menjadi Bupati Simalungun, efektivitas dan efisiensi pengadaan barang daerah akan ditingkatkan perencanaannya terlebih dahulu berdasarkan kebutuhan mendesak. Tidak akan sembarang membeli kalau cuma untuk bermewah-mewah, katanya ketikan itu. Termasuk, peningkatan modal seperti pembangunan, pengembangan, rehabilitasi, serta peningkatan sarana dan prasarana jalan, drainase, transportasi, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Semua untuk meningkatkan pelayanan umum secara optimal kepada masyarakat, katanya.



Fakta Sekarang



Janji-janji kampanye memang, sebenarnya hanya janji doang. Tak perlu kecewa atau bagaimana, jika janji-janji kampanye tidak pernah diwujudnyatakan. Namanya saja janji poliitik, si pemberi janji tidak merasa apa-apa kalau tak pernah ditepati. Kampanye tanpa janji terasa hambar,mirip makan tidak pakai cabai atau tidak pakai garam. Hambar.



Menilai JR Saragih sebagai Bupati Simalungun pun sekarang ini agaknya masih terlalu dini. Apalagi menjadi Bupati Simalungun pun dia sampai sekarang masih dalam hitungan jari tangan saja. Namun agaknya, karena masih dalam hitungan jari tangan inilah makanya JR Saragih harus dikritisi. Ini supaya dia tidak tergelincir dan terperosok ke jurang yang menganga dan dalam.



Yang menjadi fakta sampai hari ini adalah, JR Saragih masih asyik dengan gonta-ganti PNS untuk menduduki jabatan struktural. Lantas, membuat lapangan terbang, bukan menciptakan lapangan pekerjaan seperti yang dikatakannya tempo hari. Mendirikan perusahaan penerbitan pers milik sendiri, termasuk mendirikan stasiun radio sekaligus mendirikan statiun pemancar televisi. Juga mendirikan ruko di tanah miliknya di Sondi Raya, tidak bersama rakyat pemilik tanah.



Selebihnya, JR Saragih pun membeli beberapa kendaraan dengan uang rakyat untuk semua pimpinan DPRD. Merenovasi Guest House milik Pemkab Simalungun untuk Rumah Dinas Bupati, termasuk merenovasi Laboratorium yang dana pembangunannya berasal dari Kementerian Lingkungan untuk Rumah Dinas Sekdakab. Lantas, memindah-mindahkan kantor-kantor SKPD dari suatu tempat ke tempat lain, termasuk menggusur pengusaha kantin.



Akan halnya anak negeri Simalungun yang banyak sekali mengandalkan kebutuhan hidupnya dari hasil pertanian, masih dalam mimpi saja diperhatikan JR Saragih Kalau pun diperhatikan, paling-paling hanya ada dalam angan-angan. Konon pula mengupayakan peningkatan pendapatan anak negeri. Manalah sempat JR Saragih sebab masih terlalu banyak yang diperbuatnya untuk diri sendiri.



Sekiranya JR Saragih mau berpaling pada kondisi petani cabai yang sekarang kollaps akibat harga cabai yang melorot tajam, sebenarnya tak terlalu sulit untuk mengatasinya. Saya tentu tidak akan menggurui JR Saragih bagaimana mengatasi problem yang kini menyelimuti para petani cabau itu, sebab JR Saragih merupakan seorang yang cerdas, brilian dan barangkali pun jenius. Para Staf Akhli Bupati Simalungun saja tak mampu memberi telaah, konon pula saya.



Cuma kalau saya Bupati Simalungun, saya akan tugaskan pihak PD Agromadear untuk mencari jalan keluar problem petani cabai sekarang. Boleh jadi juga saya akan perintahkan pihak Dinas Perdagangan dan Perindustrian untuk mencari peluang pasar cabai Simalungun ke perusahaan-perusahaan mie instant yang banyak menggunakan cabai kering dalam kemasannya. Atau, saya akan undang investor untuk mendirikan perusahaan pembuat saos cabai di Simalungun. Atau juga, saya akan berupaya mencari dana untuk membangun semacam gudang pendingin tanaman sayuran termasuk cabai.



Sayangnya, saya bukan Bupati Simalungun. Saya hanya jurnalis, itu pun jurnalis yang kerap dipinggirkan. Apalagi saya tinggal dan bermukim di pinggiran Simalungun pula di Tepian Bah Bolon pada Kawasan Siantar Estate yang berbatasan dengan Kota Pematangsiantar. Makanyalah, saya tidak bisa berbuat banyak kecuali menulis. Ya, menulis meski JR Saragih tak pernah peduli. Saya memang akan terus menulis sebab kerja saya memang penulis. Sementara soal petani cabai yang sekarang menjerit histeris, saya pikir itu merupakan urusan JR Saragih !

_____________________________________________________________________
Ramlo R Hutabarat HP : 0813 6170 69993
Email : ramlo.hutabarat@yahoo.com_______________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar