Sabtu, 14 Mei 2011

JR Saragih dan Perubahan

Ramlo R Hutabarat


Tiba-tiba saya teringat JR Saragih. Jopinus Ramli Saragih, selanjutnya saya sebut JR saja. Mantan tentara, dan sekarang Bupati Simalungun. Dan, barangkali hanya hitungan jari sebelah tangan saja mantan tentara di tanah air yang terpilih menjadi Kepala Daerah di era reformasi ini. Salah seorang di antara yang hanya dalam hitungan jari sebelah tangan itu adalah JR.

JR jago. Jago sekali pun. Suami dr Ernita Anggraeni Tarigan SpKK itu hanya lulusan SD, SMP dan SMA sore. Bahkan S1, S2 dan S3-nya diperrolehnya dari perguruan tinggi yang tidak populer. Saya sendiri lupa dari PT mana segala macam gelar akademisnya tadi digondolnya. Pernah saya baca lewat beberapa publikasi, tapi karena jarang disebut-sebut saya jadi lupa. Aneh memang saya ini. Kalau tak ingat bisa jadi lupa.

JR termasuk cepat ditinggal mati bapaknya yang juga tentara. Ibundanya, N Boru Sembiring Meliala menikah lagi dengan orang lain dan menetap di Tanah Karo. JR pun dibawa Oppungnya – orang tua bapaknya – ke Desa Hapoltakan Kecamatan Raya. Disanalah JR seperti anak-anak lain hidup dengan keseharian yang sangat sederhana. Waktu –waktu luang di masa kecilnya, JR kerap dibawa Oppungnya ke ladang untuk memetik biji kopi. Kebun Oppungnya dulu berada di kawasan kantor-kantor SKPD Pemkab Simalungun sekarang.

“Disanalah saya kerap memetik biji kopi untuk dijual kepasar”, pernah dikatakannya mengenang masa lalunya.

Tapi kehidupan bersama Oppung Borunya tidak berlangsung lama. Sang Oppung Boru memenuhi panggilan Illahi di saat JR masih sangat membutuhkan kasih sayangnya. JR pun kembali bersama ibundanya di Desa Kuta Mbaru, Kecamatan Munthe, Tanah Karo sana . Di kampung ibundanya ini JR masih (tetap) hidup dengan kesederhaan kalau tak bisa disebut melarat. Di kelas VI SD , JR menthok untuk mengikuti pelajaran di sekolahnya. Dia pun mulai berpetualang hingga terdamapar di Terminal Siantar. Terdampar di Terminal Siantar. Kadang terkapar.

Disini JR mulai menempa hidup yang sesungguhnya. Menyemir sepatu (orang lain), memebersihkan bis, sampai menjadi pembantu kondektur dilakukannya demi sesuap nasi. Perkara tidur dimana tak pernah soal bila malam menjelang dan keletihan menyelimuti tubuhnya yang kurus. Nasib baik kemudian, JR bisa menjadi kondektur bis Makmur jurusan Medan – Jambi. Ketika menjadi kondektur bis Makmur inilah dia kemudian mengenal Terminal Teladan Medan.

Tidak seperti kebanyakan anak terminal lainnya, JR selalu tekun, taat dan setia pada pekerjaannya. Juga rajin, tangkas dan ringan tangan. Sehingga, tak heran jika banyak orang yang bersimpati kepadanya. Seorang di antara orang-orang terminal itu pun menyarankan agar JR kembali saja ke kampng ibundanya untuk menyelesaikan SD-nya yang sempat terbengkalai.

Di Kuta Mbaru (lagi) JR pun menyelesaikan SD sekaligus SMP-nya., sambil melakoni keseharian yang bersahaja. Memeliahara ayam, kuda, juga memelihara ikan di kolam dilakukannya bersama neneknya, mamaknya mamaknya. Termasuk, bekerja sebagai montir televisi yang waktu itu masih hitam putih sekaligus montir sepeda motor.

Selesai SMP di Kta Mbaru, JR pun berangkat ke Jakarta . Ada tersimpan tekad yang kuat dan membara di dadanya. Belantara beton Jakarta yang lebih kejam dari ibu tiri ditaklukkannya meski pun dia harus menjadi penggali pasir di tangkahan milik orang lain. Satu hal yang tetap dilakukannya meski pun berstatus sebagai kuli penggali pasir, JR tetap mengikuti pendidikan di salah satu SMA swasta di Jakarta sana . Sebab memang, agaknya dia tahu kemajuan hanya bisa digapai lewat pendidikan (saja)

Akhir cerita, JR pun berhasil menjadi tentara dan ditugaskan di Sub Denpom III/3 Purawkarta Jawa Barat. Karirnya terus menanjak, hingga meraih pangkat Letnan Kolonel CPM. Sementara pendidikan yang diraihnya bisa jadi sarjana hukum, magister manajemen pemerintahan sampai doktor dalam bidang pemerintahan. Luar biasa. Tak banyak orang seperti JR.

Bernasib Mujur

Ada banyak hal yang mempengaruhi bagaimana JR bisa terpilih menjadi Bupati Simalungun tempo hari. Pertama, dia cerdas untuk menggandeng Nuriaty Damanik sebagai wakilnya. Kalau saya kian dibuatnya menjadi calon Wakil Bupati Simalungun, saya bisa jamin JR tidak akan terpilih. Ke laut ! Orang yang berniat akan memilih JR kian akan mengurungkan niatnya. Tak usahlah cerita.

Nuriaty itu orang yang punya pengikut di Simalungun ini. Selain, istri Syahmidun itu pun punya pengaruh yang sangat kuat dan berakar. Semula, kalau tak salah, Nuriaty hanya bidan atau perawat doang di RSU Dr Djasamen Siantar. Tapi ketika suaminya Syahmidun berkuasa di Simalungun sebagai Ketua DPRD, Nuriaty beralih menjadi tenaga struktural di Pemkab Simalungun. Artinya, baik Syahmidun mau pun Nuriaty merupakan orang-orang yang pintar dan cerdas memanfaatkan peluang. Jangan silap, Syahmidun merupakan seorang alumni Tarpadnas sekaligus Lemhanas. Dia sesungguhnya adalah politisi (tingkat) nasional yang tinggal di daerah. Dan, tak terlalu keliru jika disebut Nuriaty adalah personafikasi Syahmidun.

Kedua, waktu pemilukada tempo hari, banyak orang yang tak suka pada Zulkarnaen Damanik. Makanya, orang ramai-ramai menjatuhkan pilihan pada JR. Ketiga, Syamsudin Siregar cukup banyak meraih suara yang seyogianya adalah suara untuk Zulkarnaen. Akibatnya, perolehan suara untuk Zulkarnaen jeblok dan otomatis membuat perolehan suara untuk JR melonjak. Dan keempat, JR memiliki heli yang digunakannya saat kampanye. Orang ramai pun jadi terpesona dan terbuai hingga JR-JR-an.

Makanya, saya pun mau mengatakan, JR bisa menjadi Bupati Simalungun hanya karena bernasib mujur. Dia memang jago dan jago sekali pun. Cuma orang yang kurang waras saja yang mengatakan JR tidak jago. Sudah jago, bernasib mujur pula. Dewi Fortuna acap berpihak kepadanya.

Ulat ke Kepompong

Sejak awal dalam jargon kampanyenya, JR mengkibarkan akan membawa agenda perubahan, rakyat diutamakan. Secara matematis menurut saya, tak ada pengaruhnya jargon itu untuk menghantar JR menjadi Bupati Simalungun. Cuma seperti yang saya katakan tadi, JR bernasib mujur, cerdas menggandeng Nuriaty sebagai wakilnya, orang tak suka pada Zul, Syamsudin menggembosi suara Zul dan JR punya heli yang kerap terbang kesana kemari.

Tapi memang, begitu jadi Bupati Simalungun, JR langsung menunjukkan hobbynya pada perubahan itu Hari pertama setelah dilantik (29 Oktober sementara dia dilantik 28 Oktober 2010), JR langsung merubah posisi 6 pejabat Eselon II di lngkungan Pemkab Simalungun. Kawan saya almarhum Revanus Sormin (sekarang sudah almarhum) misalnya digantinya sebagai Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Alasan penggantian Revanus menurut JR karena yang bersangkutan sudah memasuki batas usia pensiun. Menjadi aneh bagi saya dan tak benar untuk berubah, karena pengganti Revanus adalah Anna Girsang yang nyatanya juga sudah memasuki batas usia pensiun.

JR pun nampaknya, sangat mengidolakan kata perubahan. Bahkan barangkali pun, dia memang suka yang berubah-ubah. Dalam hitungan hari dan minggu atau bulan saja pun, banyak sekali yang diubahnya posisi dan kedudukan para PNS di Pemkab Simalungun. Kawan saya Ubahman Sinaga yang mantan Camat Raya misalnya, sejak Nopember tahun lalu sampai sekarang sudah lima kali mengalami perubahan posisi jabatan. Juga, Boru Marbun yang sempat Camat Parapat itu. Termasuk, beberapa camat yang diubah-ubah tempat tugasnya.

Binsar Situmorang juga, semula tak punya posisi apa-apa lantas didudukkan JR sebagai Asisten III. Tapi dasar suka pada perubahan, tak selang beberapa bulan sudah dirubah lagi posisi Binsar menjadi salah seorang Kepala Dinas. Begitu juga Gideon Purba, Alben Turnip, Jhonny Saragih, Jhonny Siahaan, Hia, Halomoan Purba, Zulkarnaen Nasution, akh teralalu banyak untuk diurai disini. Terlallu banyak dan kalau mesti saya paparkan tak akan cukup halaman ini.

Tapi, JR agaknya juga suka pada perubahan dalam arti luas. Kantor Bupati yang selama ini pun sekarang sudah dirubahnya fungsinya. Dikosongkan, dan dipindahkan ke gedung lain. Padahal, Kantor Bupati itu dibangun dengan dana puluhan miliar. Kantor BKD, juga dirubah JR yang katanya kelak akan dibuat menjadi Rumah Sakit. Begitu juga Kantor Bappeda, Kantor Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Asset Daerah. Yang paling parah, JR juga merubah fungsi jalan menjadi bangunan kantin. Saya jadi kaget setengah hidup, koq ruas jalan malah dijadidkan tempat untuk mendirikan kantin.

Cerita perubahan, terlalu banyak yang dirubah JR sejak dia menjadi Bupati Simalungun. Muak saya rasanya untuk mengurai disini, karena barangkali juga Anda – Pembaca - boleh jadi ikut-ikutan menjadi muak dan bisa muntah. Apalagi ketika JR merubah Kepala Dinas Pertanian Hamdan Nasution menjadi Amran Sinaga. Padahal, Amran ketika dirubah berstatus tersangka pula.

Yang saya pahami, perubahan adalah perbaikan tatanan kehidupan dari kondisi sebelumnya ke kondisi yang baru. Dari yang tidak baik menjadi lebih baik. Dari yang tidak sempurna menjadi yang lebih sempurna. Perubahan, tidak hanya dalam bentuk. Tapi terutama adalah dalam soal sikap dan mental. Dan memang, harus ada perubahan, setidaknya melalui adaptasi. Dinasaorus misalnya, menjadi tidak ada lagi karena tidak berubah. Bunglon, justru menjadi bunglon karena berubah (warna) Dan yang lebih penting menerut saya, perubahan tidak penting dari siapa kepada siapa. Tapi dari apa menjadi apa. Lantas selanjutnya, bagaimana..

Peristiwa metaformosa, juga merupakan suatu perubahan. Dari ulat menjadi kepompong. Dari kepompong, menjadi kupu-kupu. Saya tidak pernah tahu, ada kupu-kupu jadi kepompong dan ada kepompong menjadi ulat. Lantas, merubah Kepala Dinas Pertanian dari Hamdan Nasution menjadi Amran Sinaga bukankah bagai perubahan kupu-kupu menjadi kepompong ? Meski pun sebenarnya ada prinsip, perubahan tidak mementingkan dari siapa menjadi siapa.

Ahai, perubahan. Saya sangat sependapat dengan perubahan. Sebagai warga Simalungun pun, saya berada di garda terdepan untuk bersama-sama JR untuk melakukan perubahan di negeri ini. Tapi harap dicacatat : Saya tidak setuju bila perubahan dilakukan dengan sewenang-wenang bahkan dengan kelalilam. Merubah peraturan yang berlaku misalnya, dengan cara dan selera sendiri. Misalnya, mengangkat Kepala Sekolah dengan sistem voting padahal ada Peraturan Mendiknas untuk itu. Merubah jabatan dan kedudukan PNS dengan selera dan unsur suka atau tidak suka, padahal ada Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian PNS dari Jabatan Struktural yang diatur dalam suatu Peraturan Pemerintah.

Saya barangkali, orang yang sangat sependapat dengan perubahan yang diagendakan JR pada kepemimpinannya di Simalungun ini. Tapi harap diingat, perubahan yang dilandasi dan dipayungi oleh peraturan. Bukan merubah peraturan tentang pengadaan barang dan jasa yang sudah ada ketentuannya dengan cara sendiri-sendiri. Bukan pula merubah fungsi hutan, bahkan bukan pula merubah dari yang harus ditenderkan dengan tidak didtenderkan.

Akh, Tuhan. Kapankah Kau ubah. Agar wajah ini tak lagi gelisah. Resah dan mendesah ?
Ramlo R Hutabarat
HP : 0813 6170 6993
Email : ramlo.hutabarat@yahoo.com
____________________________________________________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar