Jumat, 27 Mei 2011

Ruhut Sitompul, Aku dan Kita

Ramlo R Hutabarat


Sabang – Marauke. Siapa lagi sih yang tidak mengenal Ruhut Sitompul. Sosok laki-laki kelahiran Medan 24 Maret 1954 ini kerap muncul di layar kaca dengan segala macam tingkah dan polah. Sudah lama memang. Baik sebagai bintang sinetron, advokat/ pengacara atau sebagai politisi. Ada cirinya yang khas dan unik bila muncul di televisi. Kincir di rambutnya dan kepongahannya. Nama seorang Ruhut Sutompul melejit berkat perannya sebagai tokoh pongah Poltak yang mengaku Raja Minyak dari Tarutung.

Ruhut orang Batak. Bapaknya Humala Sitompul, dan Mamaknya Surtani Panggabean. Dia anak kedua dari empat bersaudara. Dan sebagai kebanyakan orang Batak, Ruhut tergolong pintar dan cerdas. Fakultas Hukum di Universitas Padjadjaran Bandung saja dijalaninya hanya 4 tahun. Pada zamannya, 1979, jarang sekali orang bisa menyelesaikan pendidikan di FH selama 4 tahun. Waktu itu hanya dua orang yang mampu menyelesaikan pendidikan di FH selama 4 tahun. Salah seorangnyalah Ruhut.

Karirnya sebagai pengacara pun melejit cepat bagai mateor. Ini disebabkan karena dia umumnya menangani perkara-perkara yang kontroversial. Dia pernah menjadi pengacara Akbar Tanjung mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar dan pengacara sejumlah yayasan milik mantan Presiden RI Soeharto di saat semua orang menghujat dan benci pada Orde Baru.

Tapi sebenarnya, nama Ruhut populer sejak dia membintangi sinetron Gerhana produksi Starvision dimana dia menjadi kuasa hukum perusahaan pembuatan sinetron itu. Dalam sinetron ini dia berperan sebagai si Poltak Raja Minyak dari Tarutung yang pongah dan sombong. Kemudian dia ikut membintangi sinetron Anak Ibuku, Taman Mertua Indah dan James Bono. Di beberapa program hiburan televisi yang bersifat humor, Ruhut juga sering muncul.

Awal 2008, Ruhut pernah dilanda issu selingkuh. Beberapa surat kabar memberitakan dia hidup serumah di sebuah apartemen di kawasan Mega Kuningan bersama Diana Lupita alias Diana Leovita. Perempuan ini disebut-sebut sudah punya anak bahkan istri orang pula. Istri Ruhut, Anna Rudhiantiana Legawati sempat mencak-mencak dan prang pun ribut-ribut. Tapi seperti biasa, semuanya berlalu seperti angin yang berlalu.

Waktu pemilu 2009, Ruhut menjadi salah seorang TS (Tim Sukses) SBY – Budiono. Dalam suatu debat yang disiarkan sebeuah televisi swasta waktu itu, Ruhut melontarkan pernyataan kpntreversial. Hadir waktu itu Permadi dari Tsnya Yusuf Kalla – Wiranto dan Fuad Bewazir dari TS-nya Megawati – Prabowo. Arab tidak pernah membantu Indonesia, katanya tiba-tiba yang membuat orang-orang keturunan Arab mengecam Ruhut secara keras termasuk kelompok Islam. Juni 2009, FPI (Front Pembela Islam) pun menyatakan akan menangkap Ruhut karena pernyataannya yang menyinggung perasaan orang-orang Arab di tanah air.

Issu rasistis kerap dimunculkan Ruhut. Dalam suatu diskusi bertopik Angket Century SBY Jatuh di Wisma Dramala Sakti Jakarta dia bilang : “ …. Si Cina Kwik …” Seorang peserta meminta Ruhut mencabut kalimatnya yang menyinggung nama etnis itu. Ruhut enggan dan memilih keluar dari diskusi.

Ngomongan Ruhut kerap kali verboden. Pernah dia bilang : “Tidak ada kaitannya SBY dan Demokrat dengan aliran dana Bank Century. Kalau ada, potong kuping saya”, katanya. Berdekatan dengan perrnyataan itu, Ruhut juga menyatakan lehernya siap ditebas pedang jika putra kesayangan SBY Edhie Baskoro juga menikmati uang haram Bank Century. Mantan politisi Partai Golkar ini kembali merelakan lehernya dditebas jika Ketua Pansus Hak Angket Century tidak diduduki oleh Idrus Marham.

Pada Desember 2009, Ruhut kembali mengeluarkan pernyataan yang kontreversial. Katanaya dia rela dirajam jika Wakil Presiden Budiono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani hadir bila dipanggil oleh Pansus Bank Century. Lantas pada suatu sidang Pansus Bank Century di DPR RI, Ruhut pun terlibat pertikaian sengit dengan Gayus Lumbuun. Saat itu dari mulut Ruhut keluar kata “bangsat” yang ditujukannya kepada sejawatnya di DPR RI itu.

Masih pada sidan Pansus Bank Century di DPR RI, pernah orang Makasaar marah besar kepadsa Ruhut. Waktu itu, Ruhut menyebut Yusuf Kalla dengan sebutan “daeng” dan itu meneurut orang Makassar tidak baik. Sementara, ketika diwawancarai Metro TV dalam ssoal Nazaruddin mantan Bandahara Umum Partai Demokrat, Ruhut menyebut Ketua Makkamah Konstitusi Mahfud MD sebagai es lilin. Bahkan, waktu itu Ruhut mengkau-kaukan Mahfud.

Terlalu banyak halaman yang tersita jika harus memaparkan tingkah polah dan ulah Ruhut Sitompul, orang Batak yang satu ini. Sebenarnya, tidak pun saya paparkan di sini, Anda pun – Pembaca – tahu banyak koq. Semuanya koq kita menyaksiskannya lewat layar kaca atau apa saja. Dan seperti saya, Anda pun pasti meneyesalkan sikap, gaya, cara, serta tingkah polah orang Batak yang satu ini

Saya mengenal sosok Ruhut secara langsung, ketika musim kampanye pemilu 2009 lalu. Seperti yang Anda tahu, dia dicalonkan Partai Demokrat untuk menjadi anggota DPR RI dari daerah pemilihan Langkat, Binjai, Tanah Karo, Dairi, Pakpak Bharat, Siantar, Simalungun, Batubara, Asahan dan Tanjung Balai. Di kampung kami Siantar Estate Kecamatan Siantar, tak satu pun suara yang memilih Ruhut. Di beberapa TPS lainnya yang saya pantau, juga hampir sama dengan. Tapi yang namanya politik ya begitulah. Saya percaya memang pada sebuah teori, yang tidak terpilih bisa saja duduk. Dan yang duduk di lembaga legislatif itu belum tentu terpilih. Namanya saja pemilu. Mana ada pemilu jujur dan adil..

Saya pernah hampir muntah dibuat Ruhut. Oleh pimpinan Radio CAS (Citra Anak Siantar) Tigor Muthe waktu itu, saya diperintahkan untuk menjadi moderator pada acara kampanye Ruhut yang disiarkan secara langsung. Sebelum memasuki studio, saya menyalami Ruhut sebagaimana lazimnya kebiasaan kami. Saya sebut nama saya, tapi dia tidak menyimak. Wajahnya malah dipalingkannya entah ke arah mana. Kontan perasaan saya jengkel dan kesal. Tapi yang namanya tugas, saya arahkan juga dia menuju studio seraya memasang segala peralatan yang dibutuhkan.

Sepanjang acara kampanye berlangsung, dialog antara saya dengan Ruhut sepertinya tidak nyambung sama sekali. Lain yang saya tanya, lain pula yang dia jawab dan jelaskan. Apalagi ketika ada orang lain yang melakukan interaktif lewat telepon, Ruhut segera menyerang pendengar dengan kalimat-kalimat tajam, keras dan kasar. Sebagai seorang pengacara, dia memang pintar dan lihai berbicara. Kalimat demi kalimat mampu dibelit-belitkannya membuat orang lain menjadi tersudut. Dan wajah Ruhut terlihat bersinar.

Sebagai seorang moderator, saya harus menggiring acara itu agar sedap didengar dan dinikmati pendengar. Tapi apa boleh buat, suasana siaran langsung itu pun menjadi humar-hebur nyaris tak ada etika. Keringat bercucuran di tubuh saya, apalagi saya tahu Ruhut akan pulang juga ke Jakarta sedang saya akan terus menjadi moderator di Radio CAS Pematangsiantar. Begitu acara usai, spontan saya menuju kamar mandi. Kencing dan waktu kencing itu saya ingat wajah Ruhut Sitompul. Untunglah mengencingi wajah orang lain bisa berbahaya.

Karena Ruhut Sitompul itu orang Batak, banyak orang Batak yang selalu mencermati sepak terjang politisi Partai Demokrat yang hengkang dari Partai Golkar ini. Wajar dan pantas, boleh jadi oleh karena unsur kedekatan atau boleh jadi juga akibat hubungan emosional. Ciri orang Batak memang antara lain, selalu merasa dekat sesama prang Batak lainnya.

Lantas bagaimana kesan orang Batak terhadap Ruhut Sitompul ?

Dari berbagai situs yang dibuat banyak orang Batak dengan topik Ruhut Sitompul, kita bisa simpulkan terlalu banyak yang tidak sependapat dengan segala macam tingkah polah, ulah, gaya, cara dan segala macam tentang Ruhut Sitompul. Saya tidak tahu apakah Ruhut pernah membacanya, dan saya berharap Ruhut memang tidak membacanya. Kalau sempat dia baca, barangkali Ruhut akan segera minta berhenti atau mundur saja dari DPR dan segala macam jabatan atau kedudukan yang sekarang diembannya.

Anda pun, Pembaca, bisa mengakses secara langsung apa dan bagaimana komentar atau pendapat banyak orang Batak terhadap Ruhut yang satu ini. Kalau untuk menuliskannya disini, agak capek juga saya karena Anda pun bisa melakukannya sendiri. Ketik saja pada kolom pencarian orang Ruhut Sitompul, dan Anda bisa membaca banyak sekali tanggapan minor terhadap dia. Termasuk, banyak sekali kalimat yang amat kotor bahkan menjijikkan yang dialamatkan kepada Ruhut Sitompul. Semua meencerminkan kekecewaan.

Saya hanya berpikir, kalau Partai Demokrat masih mau berjaya ke depan ini, pikir ulang lagilah untuk menegajukan Ruhut sebagai calon anggota DPR RI. Bahkan, sekiranya Partai Demokrat cerdas, sekarang juga pun Ruhut layak untuk ditarik dari DPR karena agaknya sudah terlalu banyak rakyat yang tidak menyukainya. Bahkan terlalu banyak rakyat yang membencinya dan itu nampak sekali dari segala macam komentar yang ditujukan kepada Ruhut.

Saya tidak akan berteori bagaimana sebaiknya Ruhut tampil, sebab sudah jelas Ruhut tahu semua itu. Saya pun tak ingin memberi tahu Ruhut mana yang baik mana pula yang buruk apalagi dalam kancah perpolitikan. Saya tahu Ruhut itu pintar dan cerdas, dan karena itu dia bisa bagai bajing loncat dari Partai Golkar ke Partai Demokrat. Kalau tidak pintar dan cerdas, manalah mungkin Ruhut dipakai Anas Urbaningrum sebagai salah seorang Ketua DPP Partai Demokrat.

Cuma, Ruhut agaknya berkaca dirilah. Walau pun kita tahu Ruhut adalah Ruhut dan akan tetap menjadi Ruhut. Ruhut Sitompul, akh !________________________________________________________________________
Ramlo R Hutabarat 0813 6170 6993 _______________________________________________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar