Selasa, 31 Mei 2011

JR Saragih, Antara Saulus Menjadi Paulus

Oleh : Ramlo R Hutabarat


Orang Kristen, siapa sih yang tak pernah dengar nama Paulus. Semula, namanya Saulus. Dia merupakan seorang petinggi dalam status atau kedudukan di lembaga keagamaan Jahudi. Dan dengan kedudukannya itu dalam sejarah dia dicatat sebagai seorang yang pernah memburu dan membunuh pengikut Kristus. Sampai suatu masa matanya pun buta, dan dia berubah justru menjadi seorang Rasul. Perkembangan agama Kristen pada zaman ini, banyak dipengaruhi oleh hasil pekerjaan Paulus. Sampai-sampai pun setelah membaca Alkitab, saya jadi ragu ajaran siapa sih yang paling banyak dianut orang Kristen. Ajaran Yesus atau Paulus.

Orang Simalungun pun, siapa sih yang tak pernah dengar nama JR Saragih. Dia merupakan Bupati Simalungun hasil pemilukada 2010. Begitu menjadi bupati, dia pun membuat ragam gebrakan dan terobosan. Pada 28 Oktober 2010 dilantik menjadi bupati, pada 29 Oktober besoknya langsung mencopot beberapa PNS di jajarannya dari jabatannya. Senin 1 Nopember 2010, belasan PNS lainnya pun kembali dicopotnya dari kedudukan dan jabatannya. Wajar kalau akhirnya banyak PNS di Pemkab Simalungun yang gedebak-gedebuk. Kapan dicopot atau bagaimana.

Selanjutnya dan selanjutnya, segala macam dilakukan JR Saragih sebagai Bupati Simalungun. Gonta ganti jabatan bagi PNS terus dilakukannya terus menerus. Dia memang menjadi Bupati Simalungun bukan karena Gubernur Sumatera Utara, Menteri Dalam Negeri, termasuk bukan karena Presiden. Dia menjadi Bupati Simalungun karena dipilih oleh anak negeri Simalungun. Makanya, kekuasaannya di Simalungun boleh jadi melebihi kekuasan Presiden, Menteri Dalam Negeri, apalagi Gubenrnur Sumatera Utara. Logis itu, menurut saya.

Sikap, tindakan dan keputusan JR Saragih begitu dia menjadi Bupati Simalungun, saya nilai sebagai ibarat rusa masuk kampung. Lari kesana lari kesini tak jelas apa yang mau dikejar. Alhasil yang terjadi adalah tabrak sana tabrak sini tak jelas juntrungannya. Di atas jalan raya pun didirikan kantin, dan pengusaha kantin lama pun harus didepak. Semua gedung kantor SKPD dipagar dengan sejenis seng yang akhirnya mengurangi nilai estetikanya. Gedung kantor BKD (Badan Kepegawaian Daerah), dirubah menjadi rumah sakit meski jauh dari pemukiman anak negeri. Bahkan, kantor bupati yang ada dan dibangun dengan uang puluhan miliar ditinggalkan begitu saja. “Tak layak huni”, katanya, dan selesai.

Akibatnya gampang ditebak. JR Saragih pun di mata banyak orang dianggap dan dinilai sebagai Saulus. Terlalu banyak PNS yang sudah menjadi korban memang. Sebut misal Karshel Sitanggang, Martua Tamba, Hamdan Nasution, Frisdar Sitio dan entah siapa lagi. Nama-nama yang saya sebut tadi sekarang sudah tidak berarti di Pemkab Simalungun. Belum termasuk Mahrum Sipayung, Duarman Purba, Jumsadi Damanik, Thamrin Simanjuntak, Robert Pardede.

Tapi di mata saya, JR Saragih yang sekarang dinilai dan dianggap banyak orang sebagai Saulus, saya yakini pada masanya akan berubah bagai mirip Paulus. Simalungun khususnya Kecamatan Raya, pada suatu masa pada suatu ketika akan berubah menjadi suatu daerah yang sejahtera. Anak negerinya akan hidup dengan berkecukupan dan dengan pendapatan yang tinggi. Hingga suatu masa juga, Sondi Raya plus Pamatang Raya akan menjadi metropolitan.

Tanda-tanda kearah itu saya lihat sekarang, setelah JR Saragih membangun lapangan terbang, memperlebar jalan, membangun ruko sekaligus memekarkan Kecamatan Raya menjadi tiga kecamatan. Benar sekarang ruko yang dibangun JR Saragih masih beberapa belas, tapi saya yakini itu akan dilanjutkannya kelak dengan puluhan hingga ratusan. Di mata saya sekarang saja, Kecamatan Raya khususnya akan menjadi suatu daerah yang cemerlang.

Saya sendiri, sudah berada di Simalungun sejak masa pemerintahan almarhum JP Silitonga. Dalam dua periode masa pemerintahannya ( 10 tahun ), yang saya catat agaknya perlu dicatat yang dilakukannya adalah pembukaan ruas jalan Negeri Dolok – Kariahan yang menghubungkan Kecamatan Silou Kahean dengan Kecamatan Raya melalui Bukit Pening. Tak jelas bagi saya sudah berapa uang yang digelontorkan untuk membuka ruas jalan itu, dan mudah-mudahan sampai sekarang jalan antara Negeri Dolok – Kariahan tetap tidak bisa dilalui kenderaan roda empat. Saya pun pening juga kalau menerawangkan pikiran pada program almarhum JP Silitonga di Bukit Pening ini.

Ketika tampuk pemerintahan berpindah ke tangan almarhum Djabanten Damanik, saya mencatat segala macam pembangunan dilakukannya di kampung asalnya, Sipolha. Ada Gedung Pusat Informasi dan Dokumentasi Pariwisata dibangun di sisi ruas jalan Tiga Runggu- Parapat dibangunnya, tapi sejak dibangun hingga sekarang tak pernah dimanfaatkan. Banyak sekali yang waktu itu semuanya menelan biaya sekira Rp 30-an miliar, termasuk pembuatan “ikan mas” yang sekarang sudah menjadi sarang ular. Kalau dengan uang sekarang, nilai yang sekira Rp 30-an miliar itu sudah dikali lima. Dan almarhum Djabanten pun, berkuasa di Simalungun selama 10 tahun (dua periode)

Di masa John Hugo Silalahi, saya mencatat Gelanggang Olahraga Radjamin Purba di Batu VIII dan Pasar Tanahjawa yang dibangunnya. GOR Radjamin Purba, direncanakan dibangun dengan dana Rp 50 miliar, dan sampai Hugo tak lagi menjadi Bupati Simalungun sudah sekira Rp 30-an miliar yang dikucurkan. Pasar Tanahjawa, kalau saya tak salah ingat, dananya sekira Rp 12 miliar. Belum termasuk jaringan air bersih di Kecamatan Raya yang dananya sekira Rp 6 miliar. Tapi mudah-mudahan jugalah, sampai sekarang semua dana itu menjadi sia-sia karena semua bangunan tadi tidak bisa dimanfaatkan.

Ketika Zulkarnaen Damanik menjadi Bupati Simalungun, kondisinya hampir sama dengan ketika daerah ini dipimpin JP Silitonga, Djabanten Damanik, dan Hugo. Dibangun STA di Saribudolog, mudah-mudahan sampai sekarang tak pernah dimanfaatkan padahal biaya pemebangunannya miliar rupiah. Begitu juga Balai Benih Ikan yang ada di Rambung Merah dan Jawa Tongah juga dibangun dengan dana miliaran rupiah tapi sampai sekarang tak pernah menghasilkan benih ikan. Kecuali, menurut saya hanya dijadikan sebagai benih korupsi. Apalagi, menurut saya Sahat Hutauruk yang sekarang Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Simalungun tidak berkemampuan mengelolanya. Apalagi, manalah pedulinya itu.

Tapi lihat JR Saragih. Meski begitu dilantik menjadi Bupati Simalungun dia langsung grasa-grusu tak karu-karuan, apa pun katanya yang diperbuatnya sekarang secara khusus di Kecamatan Raya adalah sesuatu program monumental yang akan dicatat sejarah. Saya melihat, prospek Kecamatan Raya akan cemerlang dengan segala macam yang sudah dan akan dilakukan JR Saragih disini. Sehingga pada masanya saya yakin sekali JR Saragih yang semula dianggap dan dinilai bagai Saulus akan berubah dianggap dan dinilai sebagai Paulus.

Masalahnya, apabila pun JR Saragih tidak akan terpilih lagi menjadi Bupati Simalungun pada periode berikutnya (dan saya yakin itu), persoalannya sudah berbeda dengan JP Silitonga, Djabanten Damanik, Hugo, apalagi Zul. JR Saragih saya pikir akan dikenang orang Kecamatan Raya sebagai putra daerah yang telah berhasil merubah daerah itu menjadi suatu daerah yang kaya bahkan makmur. Dalam kepemimpinan JR Saragih sebagai Bupati Simalungun, saya berani taruhan Kecamatan Raya pasti berubah menjadi suatu negeri yang sejahtera, sentosa, bahkan makmur. Suatu negeri yang sekarang cuma ada dalam mimpi.

JR Saragih memang jago. Jago sekali. Bupati Simalungun itu saya yakini pasti bisa membangun Kecamatan Raya dengan cemerlang. Selamat bagi JR Saragih !
Ramlo R Hutabarat HP : 0813 6170 6993 Email : ramlo.hutabarat@yahoo.com
____________________________________________________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar