Sabtu, 14 Mei 2011

Ketika Orang Batak Mewarnai Republik (Gayus, Rosa, sampai Cyrus dan Panda)

Ramlo R Hutabarat

Orang Batak iu hebat. Hebat sekali. Orang Batak itu jago. Jago sekali. Orang Batak juga perkasa. Perkasa sekali. Kalau ada orang yang membantah pernyataan saya barusan, bodoh dia. Goblok. Dungu. Tolol. Makanya jangan bantah. Tak usah.Rawa-rawa saja di Labuhan Batu, Asahan, Simalungun, Serdang Bedagai, Deli Serdang sampai ke Langkat sana bisa disulap jadi areal persawahan secara manual. Padahal pemerintah saja acap mencetak sawah menggunakan peralatan berat selalu pula gagal. Menjual angin saja pun malah, orang Batak bisa hidup layak di kota-kota besar. Cermati saja di Pasar Senin Jakarta , banyak parenggge-rengge yang berhasil menyekolahkan putra-putrinya sampai ke Australia .

Kalau orang Batak hebat, jago dan perkasa, sebenarnya itu biasa. Tanah Batak kan miskin, tandus, kering, tungil. Di Samosir, orang mesti tanam bawang di celah-celah batu. Di banyak tempat, air minum saja sulit didapat. Orang Batak harus menyusuri liuk-liuk pebukitan agar mendapatkan air. Makanya, sampai sekarang oknum-oknum Pemkab di Tanah Batak selalu memanfaatkan kesulitan mendapatkan air oleh anak negeri untuk memperoleh uang secara tidak wajar. Korupsi. Kalau tak percaya, tengok di Kabupaten Humbang Hasundutan. Tiap tahun pemkabnya mengucurkan miliaran dana dari APBD untuk proyek pengadaan air bersih. Tapi banyak sekali yang kontraknya sudah selesai, uangnya sudah dibayarkan kepada kontraktor, tapi airnya tak pernah (bisa) mengalir.Kalau tak benar, tembak mati saya.
Kemiskinan sering dieksploitasi orang-orang Pemkab di Tanah Batak untuk memperkaya diri sendiri. Sikap yang begini tak biasa. Luar biasa.

Selain miskin, tandus, kering, tungil, orang Batak di republik ini merupakan kelompok minoritas. Kelompok minoritas, sering sekali diabaikan. Dianaktirikan. Diperlakukan tidak adil. Bahkan dizolimi. Melaksanakan ibadah agamanya saja tidak sebebas burung terbang di udara. Mau membangun rumah ibadahnya, harus begini harus begitu. Sudah ada ini, harus ada itu. SKB Tiga Menteri dijadikan bagai jimat sakti tak ada yang bisa mengimbangi.

Itulah sebabnya orang Batak hebat, jago dan perkasa. Kelompok minoritas di Amerika (negro) sering mengalami hal yang sama seperti orang Batak. Makanya negro juga hebat, jago dan perkasa. Ketika ditekan, dipinggirkan bahkan diperlakukan sebagai warga negara kelas dua, mereka tahu diri. Sadar diri. Kelak, pada suatu masa, orang-orang negro pun muncul sebagai pionir. Mereka akhirnya sekarang ini menguasai banyak bidang dan lapangan Aktor dan artis film yang orang negro banyak yang populer. Praktisi hukum senator, pengusaha. Bahkan, Presiden AS yang sekarang pun, Obama, adalah seorang negro.

Karena itu semualah barangkali, sejak dulu pun orang Batak cenderung pragmatis dalam memilih (jurusan) pendidikan seperti disebutkan Jan Sihar Aritonang, seorang pengamat pendidikan di Tanah Batak. Artinya, pilihan orang Batak senantiasa berorientasi pada perengkuhan kekuasaan dan harta. “Sampai tahun 40-an, jarang orang Batak yang bekerja sebagai duane atau bea cukai. Sebab pekerjaan si jalo beo (pemungut pajak) dianggap rendah. Belakangan, duane dianggap prestisius karena uangnya banyak, kata Jan Sihar yang dosen pada STT (Sekolah Tinggi Teologia) Jakarta itu.

Karena Tanah Batak miskin, kering, tandus, tungil dan merupakan kelompok minoritas, orang-orang Batak pun berjuang keras dalam hidupnya. Memilih sekolahnya pun, mereka enggan yang bakalan tidak ada uangnya. Fakultas Sastra, apalagi jurusan psikologi sangat dihindari. Orang-orang yang mengikuti pendidikan di Jurusan Etnomusikologi USU misalnya, tidak lebih banyak orang Batak. Kalau ada, mereka dengan terpaksa memasukinya karena tidak diterima di fakultas atau jurusan lain yang menjadi idamannya. Atau, coba cermati. Berapa sih orang Batak yang jadi peneliti di LIPI ? Mana mau orang Batak jadi peneliti, sebab peneliti tidak banyak uangnya. Dari pada miskin terus selama hidupnya, orang Batak lebih cenderung jadi penipu, perampok, garong. Beruntung kalau bekerja di pemerintahan. Korupsi. Apalagi ?

Orang Batak pun lebih cenderung menjadi birokrat, militer, perusahaan negara, atau korporasi swasta. Karenanya, orang Batak pun lebih cenderung pula memilih pendidikannya pada jurusan tekhnik, kedokteran, ekonomi, hukum. Orang Batak juga mendambakan bisa masuk ke STAN (Sekolah Tinggi Administrasi Negara), Akademi Militer atau Akademi Kepolisian. Dari pada jadi tentara, orang Batak lebih suka jadi polisi. Sebab…. Polisi lebih banyak uangnya. Lihat saja, sekarang saja ada tiga marga Sinaga yang jenderal polisi. Belum lama ini ketiganya mengadakan pertemuan kangen-kangenan di Samosir.

Karena, miskin, kering, tandus, tungil, orang Batak menjadi jago-jago. Sejak republik ini berdiri, sudah ada orang Batak yang ikut mewarnai. Amir Syarifuddin Harahap misalnya yang dipakai Soekarno di kabinet pertama yang dibentuknya. Belakangan pun, Amir Syarifuddin bahkan pernah menjadi Perdana Menteri RI , termasuk Burhanuddin Harahap. Hebat nggak, orang Batak yang minoritas itu pernah dicatat sejarah menjadi Perdana Menteri ?

Ketika kabinet Soekarno gonjang-ganjing, orang Batak pun tetap dipakai. Selain Amir Syarifuddin, ada Sutan Gunung Mulia Harahap (Menteri Pengajaran), Ir Mananti Sitompul (Menteri PU dan Oerhubungan), Ferdinand Lumbantobing (Menteri Penerangan) dan juga pernah menjadi Menteri Negara Urusan Hubungan Antar Daearah, Burhanuddin Harahap (Menteri Pertahanan), H Sinaga (Meneteri Kesehatan), Abdul Haris Nasution (Meenteri Pertahanan/ KASAD), Arifin Hutabarat (Menteri Perdagangan, juga pernah Menteri Urusan Anggaran Negara), Adam Malik (Menteri Perdagangan), TD Pardede (Menteri Berdikari, namanya saja hebat : berdikari , Berdiri di atas kaki sendiri)

Ketika Soeharto berkuasa, orang Batak juga ikut mewarnai republik kita ini. Sebut misal Adam Malik yang lama menjadi Menteri Luar Negeri bahkan menjadi Wakil Presiden. AM Tambunan yang pernah menjadi Menteri Sosial, Maraden Panggabean yang juga lama menjadi Menhankam/ Pangab dan pernah pula Menko Polkam. Cosmas Batubara yang pernah jadi Menteri Perumahan Rakyat, Akbar Tanjung yang pernah jadi Menpora dan Menpera, Faisal Tanjung (Menhankam/ Pangab), Hasyrul Harahap (Menteri Kehutanan), JH Hutasoit (Menteri Peternakan), Arifin Siregar (Gubernur Bank Indonesia/ setara Menteri)

Ketika Soekarno tumbang dan kekuasaan republik ini berganti-ganti mulai dari Habibie, Gusdur, Megawati sampai yang sekarang SBY, orang-orang Batak tetap dipasang. Ada Mahadi Sinambela yang sekarang kabarnya sakit-sakitan, ada Bomer Pasaribu yang abang kandungnya Syahrul Pasaribu sekarang Bupati Tapanuli Selatan, ada Panangian Siregar, Muslimin Nasution, TB Silalahi, Bungaran Saragih, MS Kaban, Marsillam Simanjuntak dan Sudi Silalahi. Semua mereka menduduki dan diberi jabatan Menteri.

Di lapangan militer, orang Batak juga ikut mewarnai sejak di awal kemerdekaan. Ada TB Simatupang, Abdul Haris Nasution, M Simbolon yang belakangan jadi pemberontak, Djamin Ginting, Zulkifli Lubis, Maraden Panggabean, Ricardo Siahaan, Junus Samosr, AE Manihuruk yang lama menjadi Kepala BAKN, Kaharuddin Nasution yang pernah jadi Gubernur Riau dan Gubsu, EWP Tambunan yang istrinya Boru Hutabarat, Raja Inal Siregar, Sahala Rajagukguk, Raja Kami Semiring, TB Silalahi, Faisal Tanjung, Hasudungan Simanjuntak, Sintong Panajaitan, Syamsir Siregar, Luhut Panjaitan,.

Juga Tulus Sihombing, Todo Sihombing, Amir Sembiring, Arifin Tarigan, Piter Damanik yang sempat Duta Besar RI di Filipina, Roni Sikap Sinuraya, Muller Damanik. Dan banyak dan banyak lagi yang tentunya tidak semua harus saya ketahui. Misalnya lagi, ada marga Hutabarat abangnya kawan saya Netty Hutabarat Wartawan SIB (tapi saya lupa nama abangnya si Netty yang cantik itu)

Sekarang, supaya tidak mejadi tegang, saya mau katakan kepada Anda – Pembaca – orang Batak itu hebat, jago dan perkasa. (membaca, tak boleh tegang, makanya saya acap menggoda Anda untuk tersenyum)

Orang Batak, hebat, jago dan perkasa antara lain banyak sekali yang (menjadi) raja. Ada Raja Kami Sembiring, ada Raja Inal Siregar, ada Raja Sipangko Napitupulu yang dulu tinggal di Parparean Porsea, ada Raja Binanga Purba yang dulu tinggal di Simamora Nabolak (ayahnya kawan saya Arifin Simamora, guru pada ST Negeri 1 Medan dan sempat Kepala ST Negeri Sibolga) Apalagi, Rajagukguk yang populasinya banyak sekali di muka bumi ini. Belum lagi Boru ni Raja, Anak ni Raja, pinompar ni Raja, Raja Adat, Raja Bius, Raja Batu, Raja Babi (dua raja terakhir ada di kampung asal leluhur saya di Kelurahan Partali Toruan Tarutung)

Maka, saya pikir hanya orang kurang waras saja yang menyebut orang Batak tidak jago, tidak hebat dan tidak perkasa. Sudah banyak misal yang saya tulis tadi yang sekaligus membuktikan orang Batak itu hebat, jago dan perkasa. Kalau masih kurang sebagai bahan bukti atau barang bukti (barbut, kata kawan saya wartawan yang bertugas di kepolisian), simaklah paparan saya berikut :

Gayus Tambunan, Cyrus Sinaga, Panda Nababan sampai Rosa Manullang apa Anda sebut tidak jago, hebat dan perkasa ? Belum termasuk Miranda Gultom, Jhonni Allen Marbun, RE Siahaan, JR Saragih, Tuani Tobing. Kalau Monang Sitorus, mohon maaf saya tidak menggunggulkannya sebagai jago, hebat dan perkasa. Lebih cenderung saya menominasikan DL Sitorus karena mampu merambah hutan tidak saja di Sumatera tapi sampai ke Kalimantan . JR Saragih, SD, SMP, SMA saja masuk sore dan S1, S2 apalagi S3-nya tak jelas saya ingat dari mana tapi bisa menjadi Bupati Simalungun.

Gayus, Cyrus dan Rosa , di mata saya adalah potret orang Batak sejati. Sudah dituding korupsi pun masih sempat nyengar nyengir wajahnya di depan kamera teve. Tak tanggung sorotan publik di republik ini terhadap mereka, sampai-sampai pun nyaris setiap tayangan teve belakangan ini mempublikasi mereka. Republik ini, sungguh bisa mereka buat geger dan gempar. Gaor.

Bukan karena kebetulan pariban saya (istri pertama saya Boru Manullang), Anda barangkali tidak tahu sekali Rosa itu luar biasa hebatnya, jagonya, dan perkasanya. Coba simak Kamis lalu begitu keluar dari Gedung KPK setelah diperiksa petugas, dengan wajah garang dan kalimat menantang dia bilang : “Tunggu kalau sudah selesai masalah ini. Saya akan buat perhitungan pribadi dengannya:, katanya yang dialamatkan kepada Kamaruddin Simanjuntak, mantan kuasa hukumnya.

Tapi saya pikir, bukan itu pokok persoalan mengapa Rosa saya dudukkan di rangking pertama antara Gayus, Cyrus, Panda, Miranda , Sutan Batugana atau pun Jonny Allen. Yang pasti, kasus Rosa bisa membuat Presiden, DPR, KPK dan Partai Demokrat yang besar sekali itu memberi respons. Padahal, Rosa iu hanya orang Doloksanggul, sebuah kota kecil di pedalaman Tapanuli sana . Masa remajanya pun dihabiskan di huta-huta terpencil. Bencong saja pun tak ada berkeliaran jika malam disana. Rosa itu sebenarnya, hanya PH3 (Parhuta-huta Hian)

Rosa itu, tak tanggung. Dia sebenarnya merupakan salah seorang yang masuk dalam jaringan mafia proyek di republik ini. Dalam soal kucuran dana untuk pembangunan gedung RSU Dr Djasamen Siantar, RSU Perdagangan termasuk RSU Pangururan termasuk pembangunan beberapa fasilitas di USU, Rosa ikut bermain. Permainan tingkat tinggi yang belum tentu mampu diperankan oleh Menteri Perdagangan sekarang yang disebut-sebut terlibat dalam kasus pembelian pesawat Merpati yang belum lama ini jatuh di Kaimana.

Hebat nggak. Jago nggak. Perkasa nggak, kalau kasus Rosa ini juga sekaligus menyeret seorang Muhammad Nazaruddin yang Bendahara Umum Partai Demokrat ? Presiden pun nimbrung, KPK pun, DPR pun, Partai Demokrat malah terseret-seret. Dan beberapa fungsionarisnya pun sekarang dibuat Rosa humar-hebur. Termasuk repot dibuatnya Ruhut Sitompul, Ramadhan Pohan, dan Edy Ramli Sitanggang yang walau pun saya lihat Cuma nampang doang wajahnya di layar kaca. Yang tidak kitanya mereka. Kalau kita, boleh jadi sekarang kita tidur tak nyenyak makan tak enak. Air yang ditelan pun terasa onak.

Saya pikir, kalau KPK mau dan mampu menjalankan peran dan fungsinya artinya profesional dan tidak ada gentar sedikit pun dan kepada siapa pun, bukan tidak mungkin jaringan mafia proyek skala nasional bisa dibongkar berangkat dari kasus Rosa ini. SBY saja entah sebagai Presiden entah sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat sudah bilang :”Penegak hukum jangan ragu. Partai Demokrat jangan melindungi” Mau apa lagi ?

Oalah. Kawan saya Eriwayati Simatupang yang orang Pakam itu barangkali akan berang pada saya ketika saya mengatakan Rosa jago, hebat dan perkasa. Eri memang bilang, Rosa bikkin malu (bikkin, bukan bikin) Tapi manalah saya peduli kalau Eriwayati yang Mamak Evelyn itu marah. Apalagi, kalau marah pun Eri tetapnya tersenyum manis. Marahnya Eri selalu ramah.

Oalah. Gabe rarat. Sae ma jolo bah.
____________________________________________________________________
Ramlo R Hutabarat
HP : 0813 6170 6993

5 komentar:

  1. hahahahahahahaha...keren laeq.hahahaha...

    BalasHapus
  2. hahahaha. LAWAK SEKALI BEEROH.
    ane Jempol Lah Buat tulisan nyaa.

    Org BATAK EMANG BEST LAAA.

    Sebenar nya beberapa suku minoritas lain nya di sumatra,sulawesi,indonesia timur lain nya pun juga Best,

    ane salut dgn tulisan nyaa, tapi kenapa yaa dlm sej seperti nya aktivis di luar pulau jawa kurang di mendpt kan tempat di buku sejarah

    BalasHapus
  3. BATAK = BAnyak TAKtik = Banyak Akal Tidak Akan Kelaparan..
    Horas..

    BalasHapus
  4. Salut buat orang batak,maju lah bangso batak

    BalasHapus